Kamis, 19 November 2015

Borok Di Siku Farhat Abbas

Di NKRI ini siapa sih yang tidak pernah mendengar nama besar seorang  Farhat Abbas? Pengacara hebat nan beken, calon presiden paling ideal bagi negeri ini. Saking idealnya, semua permasalahan negeri ini belum layak disebut masalah jika belum dikomentari oleh beliau (yang tidak jarang malah menjadi masalah baru). Apapun tentang beliau selalu jadi berita. Tak terkecuali perseteruan beliau dengan mantan istrinya yang paling baru : Mbak Regina.

Memang begitu sulit dipahami, bagaimana dua orang yang pernah tampak begitu mabuk kepayang karena satu sama lain, kini jadi saling membenci dan mengumbar aib. Lebih parahnya lagi sang mantan suami, dalam hal ini Farhat Abbas malah meminta kembali sejumlah uang yang katanya sudah beliau berikan kepada mantan istrinya itu termasuk mahar perkawinan mereka dulu yang jumlahnya miliaran rupiah. Farhat Abbas menunjukkan keseriusannya dalam masalah ini dengan membawanya ke jalur hukum.

Saya jadi teringat masa kanak-kanak dulu. Sedari kecil, entah hanya di kampung saya saja atau juga berlaku di kampung-kampung lain, orang-orang tua mengajarkan anaknya agar jangan pernah meminta kembali pemberian kita kepada orang lain. Tidak cukup sampai di situ, orang tua kami menambahkan hal yang agak seram : meminta kembali pemberian kita kepada orang lain, akan membuat siku kita penuh borok. Anak kecil mana yang tidak takut dengan ancaman seperti itu? Alhasil, selaku anak-anak,  kami tidak akan berani meminta kembali apapun yang pernah kami berikan kepada orang lain. Siapa yang mau punya siku penuh borok?

Melihat kasus  Farhat Abbas yang satu ini, saya jadi berpikir apa beliau tidak mengingat ajaran orang tua di masa kecil? Rasanya beliau belum terlalu tua untuk pikun dan melupakan nasehat orang tua semasa kecil. Jangan-jangan sejak kecil, beliau adalah manusia yang suka melawan arus dan menentang kebiasaan. Ah..., saya lupa..., saya kan tidak sekampung dengan Farhat Abbas. Mungkin saja ancaman 'borok di siku' tidak pernah ada di kampung halaman beliau. Lagipula, besar kemungkinan orang keren seperti beliau memang tidak pernah  hidup di kampung, jadi wajarlah beliau tidak pernah tahu hal semacam 'borok di siku' tadi. Toh beliau adalah Farhat Abbas, semua tindakan beliau adalah kewajaran.

Selain wajar, kasus Farhat Abbas kali ini juga memberikan pelajaran berharga kepada kita semua. Khususnya bagi pria-pria yang pernah jadi korban cewek matre. Jika sebelumnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa setelah diporotin, maka dengan langkah hukum yang ditempuh Farhat Abbas kali ini akan mengubah cara berpikir mereka. Mereka akan berani meminta kembali semua harta yang telah dikuras oleh wanita yang telah menjadi mantan. Meminta kembali dengan tegas dan tentu saja tanpa takut ancaman 'borok di siku'

Jika 'meminta kembali harta yang pernah diberikan kepada seorang perempuan yang telah menjadi mantan' ini mulai diikuti banyak lelaki lalu kemudian jadi trend, saya rasa di masa depan jargon 'cewek matre ke laut aja' tidak lagi relevan. Farhat Abbas secara tidak sadar menciptakan jargon baru 'cewek matre ke pengadilan aja!' dan kita semua berharap jangan sampai berganti, malah beliau yang ke laut. NKRI masih butuh beliau.

Rabu, 07 Oktober 2015

Nonton ERK (tidak fana, apalagi merah jambu)

Sabtu, 3 November 2015 mungkin adalah salah satu Sabtu saya yang saya habiskan dengan kegiatan yang (anggaplah) berguna dan sekaligus menyadarkan betapa tuanya saya. Saya, ditemani seorang teman yang juga sama tuanya, datang ke event yang diadakan anak-anak salah satu  SMA di kota Makassar. Tujuan kami sebenarnya adalah "Efek Rumah Kaca" yang dihadirkan sebagai penutup event itu. 
Menurut teman saya ERK akan tampil jam 10 malam. Kami tiba di lokasi event sekitar jam 8, masih belum ramai. Yang tampil di panggung masih band lokal sepertinya. Entah berapa band lokal yang tampil di malam itu, saya tidak begitu memperhatikan. Yang jelas, salah satunya membuat saya sempat bercanda dengan teman "ini vokalis minta dilempar kayaknya" hahahaha.
Tidak hanya band-band lokal, malam itu juga dimeriahkan dengan tari-tarian. Nama tarian yang pertama entah tarian massal atau apalah namanya. Jumlah penari menurut saya tanggung dan sempat kepikiran kenapa anak-anak ini tidak sekalian bikin flashmob dance gitu? Jika orang lain suka me-review musik atau film, mendadak malam itu saya malah mereview penari. Kurang kerjaan.
Selesai dengan tarian pertama.
Berikutnya kelompok penari yang kedua. Mereka terdiri dari empat atau lima anak laki-laki. Tapi mereka badan mereka lentur banget. Secara mereka ini laki-laki, mereka tentu saja mengundang keriuhan penonton. Anak-anak di belakang saya malah gak berhenti ngakak menonton atraksi lelaki yang gemulai ini. Dan yang paling memancing keriuhan adalah ketika di salah satu gerakan tari mereka ada gerakan lompat yang berkesinambungan dengan split. Uuuuhhh. Ada yang teriak "pecahmi" hahahahaha. Mereka benar-benar menghibur. Jika saja tidak ingat umur, saya tentu saja sudah berfoto dengan salah satu dari penari-penari "split" itu.
Selesai dengan itu semua, MC acara kemudian memberikan kesempatan kepada salah satu band (masih bukan ERK). Saya dan teman saya belum pernah mendengar nama band itu. Kami hanya menebak-nebak band ini dari mana dan teman saya menyimpulkan band ini dari Jakarta. Namanya FOURTWENTY. Melihat mereka yang tanpa instrumen drum, kami penasaran, ini band apaan ya??
Lagu pertama. Tentu saja saya tidak tahu lagunya. Tapi dari lagu ini kesan tengil sang vokalis sudah kelihatan. Tapi suaranya bagus, dan lagunya juga bagus. Lanjut ke lagu-lagu berikutnya, masih sama. Judulnya lumayan tidak biasa, seperti "Argumentasi Dimensi", "Diam-diam kubawa Satu", "Iritasi Ringan", dll. Mendengar dan melihat aksi panggung Fourtwenty ini, saya jadi tahu kenapa panitia acara ini mengundang mereka jadi salah satu pengisi acara. Keren. Dan lagu yang paling membuat saya jatuh hati sama mereka ini adalah : Fana Merah Jambu. Malam itu, fans Fourtwenty setidaknya bertambah satu. SAYA.
Setelah penampilan Fourtwenty, akhirnya yang paling ditunggu pun tampillah. Efek Rumah Kaca malam itu keren seperti yang kita tahu. Saya paling menikmati ketika semua penonton pada koor massal. Bagian paling mengagumkan dari menonton konser menurut saya adalah "koor massal" ini. Dan berkali-kali om (((om))) Cholil sukses mengundang penonton-penontonnya mengadakan koor massal. Sound malam itu lumayan sempurna. Sangat puas dan terhibur, menyaksikan ERK untuk pertama kalinya dengan kualitas sound sebagus itu.

Selasa, 22 September 2015

Cemas Yang Tidak Perlu

Beberapa hari belakangan ini salah satu teman fb saya yang berprofesi sebagai dosen, sepertinya sedang giat-giatnya menyoroti masalah penulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan EYD (maklumlah...,beliau dosen). Saya juga pernah mengalami keresehan yang sama soal tulisan beberapa tahun lalu, tapi tidak seserius yang seperti yanga dipermasalahkan oleh teman fb saya ini. Keresahan saya waktu itu hanya seputar orang-orang yang suka sekali mengetik dengan huruf 4L4Y.

Membaca keresahan sang dosen ini, membuat saya juga merasakan keresahan beliau. Keresahan saya tidak lagi hanya seputar huruf 4L4Y, tapi lebih serius dan mendasar : Ejaan Yang Disempurnakan. Lebih meresahkan lagi kalau memikirkan bahwa tulisan ini tentu saja tidak luput juga dari masalah EYD tersebut, tapi abaikanlah yaaaaaw, kan ekeh bukan siapa-siapa! Toh kita tidak harus benar-benar 'tidak pernah salah' untuk mendapatkan 'izin membahas kesalahan orang lain', kan?
Lanjut..
Kita sering melihat di media sosial  berkeliaran orang-orang yang belum bisa membedakan penulisan 'di' sebagai kata depan dan 'di' yang berfungsi sebagai awalan? Belum lagi golongan yang tidak tahu persis perbedaan 'bawa' dengan 'bawah'. Itu baru 'di' dan 'bawa-bawah' dengan huruf 'h'-nya. Bagaimana dengan 'faham-paham' dan 'fikir-pikir'? Lebih banyak lagi. Atau kita lanjut dengan (sepertinya) masalah sejuta umat : makna kata 'acuh'. Saya rasa 'acuh' adalah kata yang paling sering mendapat perlakuan 'tidak acuh' dalam pemakaiannya. Tidak perlu saya jelaskan, om Wiki punya jawabannya.
Masalah tulis-menulis ini mungkin terlihat sepele, tapi yang menambah keresahan saya adalah : masalah ini sepertinya sudah jadi masalah banyak orang dari berbagai latar belakang umur dan pendidikan. Kalau yang tua sih mau bagaimana lagi, yang muda belia ini yang patut dicemaskan. Bukan tidak mungkin, beberapa dari mereka kelak akan menjadi guru. Kita yang sudah setua ini, mungkin tidak akan mendapatkan pengajaran dari mereka ini, tapi anak-anak kita kelaklah yang akan berhadapan dengan mereka. Apakah di masa depan, kita yakin mempercayakan pendidikan anak-anak kita kepada mereka yang belum tahu membedakan dua macam 'di'? Ah..., semoga saja mereka tidak bercita-cita jadi guru.
Tapi sepertinya, saya berlebihan. Yang saya cemaskan adalah kesalahan penulisan di media sosial. Bukannya di media sosial tidak wajib serius dan harus sebaku EYD? Hhmmmm..., saya mengkhawatirkan masa depan anak-anak saya yang bahkan bakal ayahnya saja belum ketemu. Kecemasan yang tidak perlu. 

Senin, 06 Juli 2015

Generasi Optimis

Tahun 2015 ini adalah tahun dimana saya memasuki usia(setidaknya) 29 tahun. Umur yg mungkin lebih daripada matang untuk hal-hal besar kehidupan, seperti menikah dan mapan secara finansial.Sayangnya, saya jauh dari dua hal itu. Dan mungkin saya tidak sendiri. Di luar sana, mungkin ada beberapa yg senasib dengan saya, umur (sebut saja) tua tapi(kata orang) belum apa-apa. Dan kemungkinan berikutnya lagi, saya dan mereka sama optimisnya soal masa depan kami yg akan lebih cerah daripada keadaan sekarang.

Sebutlah kami generasi optimis.

Bahwa kami optimis, kelak di masa depan kami akan hidup berkecukupan meskipun di umur setua ini kami masih bekerja untuk gaji yg cuma lebih beberapa ribu rupian dari upah minimum yg ditetapkan oleh pemerintah. Kami hanya belum kaya saja. Kami optimis
Kami optimis, bahwa di masa depan kami akan hidup di rumah sendiri yg nyaman, meskipun di umur setua ini kami masih hidup nyaman di bawah atap rumah orang tua, bahkan ada di antara kami yg harus hidup di kamar kost yg luasnya tidak seberapa. Kami optimis.
Kami optimis, kelak kami akan punya harta yg melimpah, meskipun sekarang harta kami hanyalah smartphone yg mulai ketinggalan jaman. Sekali lagi, kami optimis.

Kami memang optimis.

Bahwa kami optimis, meskipun dengan tampang yg biasa saja kami akan mendapatkan jodoh yg baik. Bagaimana tidak, baca berita "Elly Sugigi dapat pacar" saja kami jadi ikut berbunga-bunga dan penuh harapan. Meskipun kadang nyali kami ciut mengingat Mbak Elly yang tajir..., tapi bukannya kami hanya belum kaya, kan? Kami kembali optimis. #mbakEllyAdalahHarapan
Kami optimis, kelak kami akan dapat pasangan yg penyayang yg tentu saja menyayangi kami tanpa harus menenteng tas kami (seandainya di fb ada group "Cewek-cewek anti ditentengin tasnya sama cowok" salah satu dari kamilah pembuatnya).
Kami optimis, bahwa kelak kami akan dipertemukan dengan pasangan yg pengertian meskipun tidak harus selalu ada buat kami setiap saat. Kami masih setuju dengan pendapat "lelaki yg selalu ada buat pasangannya adalah pengangguran yg baik". (lagi-lagi) Kami optimis.

Kami optimis. Masih optimis. Selalu optimis, karena kami memang generasi optimis.
Salam optimis !!!

Senin, 23 Februari 2015

Belajar Dari Kak Nassar


Sudah pasti kenal kan dengan foto yang saya curi dari kapanlagi.com di atas ? Yapp, dese beliau adalah penyanyi dangdut kenamaan tanah air. Nassar Fahad Ahmad Sungkar. Lelaki yang melambung namanya lewat ajang pencarian bakat dan pernikahannya dengan janda kaya beberapa tahun lalu, akhir-akhir ini jadi makin sering muncul di tv. Entah untuk mengisi sebuah program ataupun sekedar jadi menu infotainment karena kisruh rumah tangganya bersama tante Musdalifah janda kaya itu.
Awalnya, mungkin berita tentang kak Nassar ini seperti angin segar di tengah panasnya berita seputar kak Saipul Jamiell yang digilai banyak wanita ataupun berita mahapenting seputar kak Aliando. Tapi sayang seribu sayang, berita kak Nassar yang tadinya bak angin segar jadi terasa membosankan dan (meminjam istilah anak-anak Makassar) kimmalas. Mungkin karena alasan-alasan inilah sehingga Kak Nassar juga punya banyak haters, selain penggemar kayak saya. Sekali lagi, itu bagi haters ya !! Bagi penggemar kak Nassar seperti saya, kemunculan dese beliau di tv adalah hiburan istimewa. Bagaimana tidak, kak Nassar yang talenta bernyanyinya tidak perlu diragukan lagi kayak kak Saipul, kehadirannya begitu menginspirasi penggemarnya terutama saya.

Iya. Sosok kak Nassar di jagad hiburan tanah air memberikan pelajaran tersendiri buat saya. Dari kak Nassar, saya memetik beberapa pelajaran penting berikut ini :

  • Menikahlah !! Ketika kehidupanmu datar-datar saja, kondisi ekonomimu tidak mengalami perubahan signifikan, pintu rezeki seperti tidak terbuka lebar untukmu, maka menikahlah dengan horang kayah ! Pemirsa tv pasti lama tak mendengar kiprah kak Nassar selepas kontes dangdut itu. Tapi setelah dese beliau diberitakan dekat dan kemudian menikah dengan tante Musdalifah, nama kak Nassar pun berkibarlah kembali. Kak Nassar jadi sering mengisi pemberitaan dunia hiburan (yang juga jadi ajang promosi secara tidak langsung), lalu kemudian tawaran pekerjaanpun mengalirlah. Jadi, buat kamu yang selama ini menjomblo, bekerja tapi tak kunjung kaya juga, sepertinya menikah dengan orang kaya adalah solusinya. Percaya kan, dengan "rezeki suami/istri"??
  • Kelemah-lembutan. Sebenarnya, agama juga mengajarkan hal ini. Apalagi bagi saya yang terlahir sebagai wanita, wajib menonjolkan sikap lemah-lembut ini. Tapi hal ini tidak pernah saya sadari sampai saya menonton infotainment yang menayangkan kak Nassar sedang bercucuran air mata karena rumah tangga dese beliau yang katanya di ambang perceraian. Kak Nassar sedih pemirsa. Melihatnya berurai air mata, satu-satunya yang terlintas dalam pikiran saya adalah "aduh.., betapa rapuh dan lembut sekali hati pria ini". Saya merasa ditampar melihat rapuh dan lembutnya hati kak Nassar. Saya sadar, sejauh ini saya adalah wanita yang jauh dari kesan lembut. Hmmm.., bahkan saya kalah lembut dari seorang pria :-(.
  • Alis.Soal alis, ini baru-baru saja saya perhatikan ketika kak Nassar jadi mentor ajang pencarian bakat di tv. Kak Nassar alisnya rapi (sudah pasti, saya lagi-lagi kalah). Ah.., saya makin termotivasi untuk memperhatikan alis saya. Jika seorang pria saja bisa memiliki alis yg rapi, masa saya yang wanita ini kalah(lagi)? Ah.., kak Nassar ! Lagi-lagi saya belajar darimu :-)
Untuk sementara, baru tiga hal ini yang bisa saya pelajari dari kehadiran kak Nassar di jagad hiburan tanah air. Mungkin besok-besok akan bertambah lagi dan semoga saya tidak perlu menyaksikannya.


Kamis, 08 Januari 2015

2014

Tadinya mau bikin life recap, tapi apa daya otak saya tidak mampu mengingat dengan berurutan semua hal yang saya alami di tahun kemarin. Sama seperti orang lain, banyak hal yang terjadi dalam hidup saya selama setahun belakangan ini. Sayangnya, saya tidak lagi punya ingatan yang jelas soal semuanya itu. Yang akan saya ceritakan ini, hanya beberapa saja, yang sempat terlintas sewaktu saya ingin mengisi blog ini. 

Tahun 2014,
  • Tahun dimana saya jadi bendahara untuk kegiatan reuni sekolah. Terakhir megang duit banyak 4tahun lalu, duit kantor tapipak. Dan ternyata, megang duit teman sama susahnya dengan megang duit kantor.
  •  Seperti biasa, menabung dengan tujuan yang jelas tapi uang tabungan selalu berakhir untuk hal-hal yang tidak jelas.
  • Tahun ini saya jadi lebih sering kumpul sama teman-teman yang orientasi pikirannya adalah "masa depan".., alhasil saya jadi makhluk paling menyesal untuk semua ketidakdisiplinan saya selama bertahun-tahun.
  • (masih terkait dengan "ketidakdisiplinan) Tahun ini jadi agak berat buat saya, karena setua ini baru belajar menyesuaikan beberapa hal yang seharusnya sudah selesai sejak saya masih kuliah.
  • Saya jadi lebih puitis di tahun ini. Jejaknya masih ada di #30harimenulissuratcinta.
  • 2014. Saya berumur 28 tahun. 
  • Lagi-lagi keracunan drama korea hahaha
  •  Akhir tahun, lebih sering keluar rumah untuk urusan reuni, maklum...bendahara hahahaha
  • Tahun kesadaran. Saya jadi sadar penuh bahwa "tidak semua harus di bawah kendali kita". Kadang kita harus membiarkan hal-hal tertentu berjalan di bawah kendali orang lain, sekalipun itu menyangkut diri kita sendiri.
  • Ketika ada teman yang menanyakan resolusi tahun 2015 saya, saya hanya menjawab "pindah dari kost" AMIN.
Sama seperti tahun sebelumnya, tahun ini terus saja menyisakan pekerjaan untuk tahun berikutnya, Syukurnya, pekerjaan yang saya maksud itu sudah saya selesaikan sebelum membuat tulisan ini. Saya menyelesaikan pekerjaan yang harusnya selesai 2tahun lalu. Jangan tanya kenapa !!

Teman Sebangku

Beberapa hari yang lalu, facebook mempertemukan saya   dengan teman itu pernah sebangku saat di kelas empat dan lima SD. Sejak lulus SD ...