Selasa, 15 Juli 2014

Berawal Dari Susu

Kemarin, teman kantor saya menanyakan harga susu yang katanya bisa buat naikin berat badan. Yapp..., kebetulan teman kantor saya ini badannya lumayan kurus. Mungil. Susu yang dia maksud itu harganya mahal sekalii, apalagi untuk orang dengan penghasikan pas-pasan seperti saya (curhat dimulai....jreng..jreng). Harganya selevel-lah dengan susu bayi yang mahal-mahal itu. 
Selesai membahas harga "susu naikin berat badan" itu, sayapun lantas berpikir "lha..seandainya saya membutuhkan susu mahal itu, saya mau dapat duit darimana ?? Rasanya gimana gitu.., klo mesti habis ratusan ribu untuk sekaleng susu dengan tujuan menambah berat badan". Untuk pertama kalinya dalam hidup saya sebagai orang yang agak gemuk, saya merasa bersyukur tidak berbadan kurus. Ternyata orang kurus lebih butuh biaya banyak saat mereka ingin menambah berat badan. Bandingkan dengan si gendut yang ingin mengurangi berat badan. Tinggal kurangi makan.., olahraga yang bahkan bisa dilakukan dengan lari keliling kompleks. Murah, kan ?? Apalagi sampai harus menghabiskan ratusan ribu hanya untuk sekaleng susu yang beratnya bahkan tidak sampai sekilo. Ah..., dari gendut ke kurus ternyata lebih murah !!
Yaaa..., alasan saya bersyukur tidak jauh dari motif ekonomi, tapi bukannya Theologi Kemakmuran sah, kan ?? *mulai menjalar kemana-mana* Mari kita iyakan sodara-sodara!! Sebagai orang pelit, saya patut lebih banyak bersyukur untuk alasan ini. Orang pelit tetap saja bisa bersyukur *semakin gak jelas* 
Hahh..sudahlah ya, semakin aneh dan tidak jelas saja tulisan saya ini. Padahal ini hanya bermulai dari pembicaraan pegawai kantoran yang sedang kurang kerjaan membahas hal-hal yang jauh dari pekerjaan (harga susu). Dan pikiran saya pun kian menjalar kemana-mana karena selalu saja ada fase "gak tau mesti ngapain" setelah kerjaan kantor selesai. Saya sudah mengalaminya, kemarin !!
Ketika kita tidak tahu bagaimana lagi memperlakukan "hidup", mungkin kita hanya perlu bersyukur. Klise dan basi, tapi mungkin tidak salah !!

Tidak ada komentar:

Teman Sebangku

Beberapa hari yang lalu, facebook mempertemukan saya   dengan teman itu pernah sebangku saat di kelas empat dan lima SD. Sejak lulus SD ...