Rabu, 13 April 2016

Asap Rokok Bau Sate, Kenapa Tidak?

Seorang pemuda duduk di sudut belakang angkot merokok lalu menghembuskan asapnya ke wajah seorang mahasiswi berseragam putih biru yang duduk di depannya. Pemuda itu melakukannya dengan senyum, sambil menatap lekat wajah yang memang cantik itu. Si mahasiswi diam saja, raut mukanya cemberut. Ia melirik dengan sudut matanya dan pipinya mengembang. Sepertinya ia menahan kemarahan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya menutup hidung sambil mengarahkan pandangan bukan  ke lelaki yang sedang menggodanya dengan asap rokok itu.

Pemandangan seperti di atas baru pertama kali saya lihat. Jika hanya ‘merokok di angkot pada saat penumpang lebih dari 4 orang’ tanpa adegan tambahan menghembuskan asapnya ke penumpang lain, saya sudah terbiasa. Pengguna angkot yang lain pun, saya rasa sering juga melihat kejadian seperti ini. Laki-laki, duduk di belakang, penumpang lebih dari 4 orang, tapi dengan santainya merokok tanpa peduli dengan penumpang lain yang sudah tutup hidung. Masih mau protes kalau ada yang bilang laki-laki tidak peka?

Saya bukan  manusia anti rokok, saya mengiyakan pendapat populer yang mengatakan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, tapi saya juga mengiyakan ketika ada yang berkata seperti ini “Saya merokok sejak SMA, usia 16-an, berarti sekarang sudah 20 tahun, dan alhamdulillah masih sehat. Saya juga banyak kenal dokter dan tenaga medis yang perokok berat dan mereka baik-baik saja. Penyakit-penyakit yang banyak dituduhkan muncul karena rokok saya rasa tidak terlalu tepat. Bukankah polusi udara dari pabrik dan kendaraan jauh lebih banyak dan berbahaya dibanding asap rokok?”. Tidak percaya? Coba kenalan dengan @lelakibugis! 

Karena bukan anti rokok, dan mengiyakan  kedua pendapat di atas, saya jadi merasa biasa saja ketika harus berbagi oksigen  dengan orang yang sedang merokok, tapi tidak ketika di ruangan sekecil dan sesempit angkot. Berada di angkot yang sama dengan orang yang sedang merokok sunggguh tidak nyaman. Menghirup asap rokok di atas angkot sangat ampuh mengundang mual. Mual campur jengkel lebih tepatnya. Dan saya tidak sendiri. 

“Bukan lagi keterlaluan, tapi egois dan tidak peka sekali, tentu sangat mengganggu, apalagi di pete-pete yang penumpangnya sudah padat, anak kecil/balita dipangku kiri-kanan, sirkulasi udara yang kurang baik, dan ditambah cuaca panas di siang hari, dimana mi perasaan ta sama  hati nurani ta kasian?” keluh Sarwendah, seorang teman atas perilaku merokok di atas angkot ini. 

Masih banyak orang lain dengan keluhan serupa. Ibu-ibu jangan ditanya lagi. Ada yang tanpa sadar mengumpat ketika ditanya pendapatnya tentang orang yang merokok di angkot . Bahkan ketika mendapati seseorang merokok di atas angkot yang sama,  terkadang ada ibu-ibu yang lebih berani. Mereka tidak segan menyuruh si perokok mematikan rokoknya. Tidak pernah sekalipun saya melihat orang yang merokok di angkot ini, berani menolak perintah ibu-ibu. Pernah seorang teman saya yang perokok bercerita kalau ia tidak pernah merokok di angkot, bukan karena peduli dengan kenyamanan  penumpang lain, tapi ia justru takut diomeli ibu-ibu cerewet.

Masalah ketidaknyamanan di angkot karena asap rokok mungkin akan hilang jika selalu saja ada ibu-ibu yang berani menyuruh orang mematikan rokoknya. Sayangnya tidak semua ibu-ibu berani. Banyak juga yang memilih diam, lalu hanya bisa mengumpat dalam hati. 

Menurut saya, harus ada pihak lain di luar ibu-ibu pemberani yang turun tangan. Perusahaan rokok mungkin bisa ikut bertanggung jawab. Mengingat ketidaknyamanan ini bersumber dari asap rokok, mungkin sebaiknya perusahaan rokok mulai memikirkan cara agar rokok yang mereka produksi menghasilkan asap yang sedikit lebih layak hirup dan tentu saja tidak bikin mual.

Memproduksi rokok dengan aroma asap yang lebih bersahabat sama pentingnya dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan selama ini, yang sayangnya dinilai oleh kalangan tertentu tak lebih dari kedok promosi.

Asap rokok sebaiknya berbau  harum, tapi tidak juga bau yang sejenis dengan bau parfum. Kadang parfum pun bikin mual. Lalu bagaimana jika perusahaan rokok membuat rokok yang asapnya berbau sate. Ada yang mual karena mencium bau sate?

6 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap kakakcu...😀

Lelakibugis.net mengatakan...

mantap kakakcu (2)

Mamie mengatakan...

paling minta ditraktir sate abis cium asap rokok :D

Unknown mengatakan...

Minta ditraktir sate hbs baca komen

Nur Al Marwah Asrul mengatakan...

ikutan juga kalau ada yang traktir sate.. :D

Unknown mengatakan...

Satenya bau rokok kak

Teman Sebangku

Beberapa hari yang lalu, facebook mempertemukan saya   dengan teman itu pernah sebangku saat di kelas empat dan lima SD. Sejak lulus SD ...