Lagi-lagi ini
cerita saya yang dimulai dari lingkungan sekitar kost saya.
Sebagaimana lazimnya daerah yang banyak rumah kostnya, di dekat kost-an
saya juga ada beberapa warung. Setidaknya ada 3. Ketiga warung ini bergerak di
bidang yang sama dengan kata lain jualannya mirip. Yaaaa….,tidak jauh dari
lauk-pauk, mie instan, roti-rotian, rokok, dan teh-teh-an . Meskipun jualannya
nyaris sama, tapi tetap saja ada hal yang membedakan ketiga warung ini. Hal yang membedakannya adalah “perilaku” ibu-ibu
empunya warung. Yapp…, secara tidak sengaja saya mengamati orang-orang yang
menjalankan usaha warung ini (kurang kerjaan sih..,tapi ya sudahlah! Namanya
juga anak kost !!
Baiklah, saya akan mulai memaparkan hasil pengamatan “super penting”
ini.
Paling dekat. Secara tampilan fisik, ini yang paling oke. Sayang…,wajah
yang oke tidak pernah jadi alasan saya untuk belanja di warungnya. Kurang
ramah. Saya jarang melihat senyumnya. Klo belanja di warungnya, kita akan dengan mudah menemukan arti kata “acuh tak acuh”. Klo mau tahu pahitnya
dicuekin, bisa juga di warung ini.
Warung kedua
Wajah biasa aja. Tapi ramah. Klo belanja di warung ini kita tidak pernah
mendapati rasa pahit karena dicuekin. Kita baru muncul aja..,si ibu akan
tersenyum dan menyapa “beli apa dek??”. Sikap hangat ini bertahan sampai proses
belanja kita selesai. Selalu ditutup dengan “makasih dek!!” Tidak sampai di
situ, si ibu ini akan tetap dengan keramahan yang sama saat kita berpapasan di
jalan. “ke mana dek??/ baru pulang dek??” itu kalimat standar yang paling
sering saya dengar.
Yang ketiga ini ramah juga. Pelayanan saat belanja sama baiknya dengan
warung kedua. Tidak hanya itu, saya menemukan sifat pemurah dari ibu yang satu
ini. Kenapa ?? Karena malam lebaran tahun kemarin, si ibu ini ngasih ketupat
hahahaha.
Lupakan soal ketupat. Kita lanjut soal sikap si ibu di luar warung.
Masih tetap ramah. Kuping kita akan akrab dengan kalimat-kalimat seperti ini
“iih..,cantiknya..!! / kemana cantik??” dan sapaan-sapaan standar lainnya yang
selalu berakhiran “cantik”.
Awalnya sih sempat geer, besar hati atau apalah karena dibilangin
cantik, tapi belakangan saya tahu bukan hanya saya yang “cantik” saat bertemu
ibu itu. Ternyata cewek-cewek yang lalu-lalang di sekitar warung ketiga ini
selalu cantik di mata si ibu. Hahh….,saya yang tadinya geer berubah jadi
minder. Bagaimana tidak, semua bentuk wajah di mata ibu yang satu ini "cantik". Berhadapan dengan kenyataan seperti itu, jiwa pede saya ciut, tapi tetap dong besar hati. Iya..,saya besar hati dibilangin
cantik…,”ucapan cantik” yang ternyata bagian dari strategi pemasaran.
Demikian paparan saya seputar warung dan perilaku pemiliknya. Sampai
ketemu di hasil-hasil pengamatan saya lainnya (yang tentu saja tidak kalah
pentingnya). Saya ke warung dulu ya..!! Tahu kan, saya bakal ke warung mana ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar