Saya
membelinya 6 bulan lalu. Ini adalah rak buku yang saya buat tidak berdiri
sebagaimana harusnya. Liat saja warna hitam di kedua sudut sisi kirinya. Warna
hitam itu adalah kaki rak ini. Di tangan saya rak ini tidak berdiri,
(anggaplah) ia rebahan. Saya sengaja membuat rak ini “rebah” agar posisi tv
tidak terlalu menyulitkan mata dan leher
saya yg lebih suka nonton sambil tiduran di lantai.ss
Saya
membeli rak ini memang untuk jadi tempat meletakkan tv yang bahkan belum saya
beli waktu itu. Sejak berniat memiliki tv, saya memang membayangkan rak buku yg
direbahkan seperti ini untuk menjadi raknya. Harga adalah pertimbangan utamanya.
Jika rak tv yang sebenarnya harganya ratusan ribu, rak tv saya ini tdk sampai seratus ribu. Jadi makin ekonomis
karena untuk sampai di kamar kost saya, saya tidak perlu membayar ongkos angkut
dari tokonya. Saya hanya bermodal mulut(dipaksa) manis di depan teman saya yg
punya motor untuk mengantarnya.
Seperti
yg terlihat, rak ini selain menampung tv, juga menampung jam meja, buku-buku (MILANA keliatan
gak sih ? ketiga dari bawah hehehe), dan “kristal eyang subur” (perihal kenapa
disebut Kristal eyang subur, akan saya ceritakan di “cerita dari kamar” sy yg
lainnya). Tapi saat jiwa sembrono saya kumat, rak ini akan jadi tempat
persinggahan gunting kuku, jam tangan, colokan, obat nyamuk, dan barang-barang
lain yg selalu jadi korban kesembronoan saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar