Selasa, 25 Februari 2014

(sebut saja) cinta

Untuk Stephanie Litha yang biasa kami panggil Vani..

Hai Van..
Gak usah kaget yah kenapa surat cinta aku buat untuk kamu. Yaaa...habis gimana lagi..., orang yang lebih kucintai sedikit daripada kamu gak ikutan proyek 30 Hari Menulis Surat Cinta ini sih. Boro-boro ikutan, nulis aja kayaknya dia gak suka hahaha (maap.., jadi ketawa sendiri aku Van).
Bingung nih, aku mau tulis apa di surat yang katanya surat cinta ini.
Hmmm..., aku cerita soal bagaimana (sebutlah) "cinta" ini tumbuh aja yah.
Aku kenal kamu gara-gara kita sama-sama mendengarkan radio yang sama. Waktu itu aku udah semester akhir kuliah dan sepertinya kamu masih SMP (aku tua yah??)
Kesan pertama kamu cerewet. Ya udah, gitu aja sih.
Kemudian, karena kesibukan masing-masing kita gak pernah ketemu lagi selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya aku aktif lagi main di fb, dan ternyata kamu udah mulai "nulis" di blog.
Awalnya kamu nawar-nawarin baca blogmu dan aku takjub aja, anak yang usianya jelas-jelas jauh di bawahku, ternyata bisa sepuitis ini. Ya lagi-lagi.., itu aja.
Dari hari ke hari, aku tetap saja membaca blogmu sampai akhirnya aku jadi kepikiran untuk mulai mengisi blogku yang mati suri karena berhenti di "sekedar buat".
Aku diam-diam menulis.
 Kita terus saja berinteraksi di sosial media, membahas tulisanmu dan akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk menawarkan tulisanku kepadamu.
(Entahlah waktu itu kamu tulus apa nggak) Kamu bilang aku bisa menulis. Aku jadi pede, sedikit. Karena pede yang masih sedikit itulah makanya kamu pernah jadi satu-satunya orang yang bisa aku ajak membaca tulisanku. Terima kasih.
Terima kasih karena kamu yang jauh lebih muda selalu menyemangati aku yang jauh lebih tua ini.
Iya ya Van, menulis itu menyenangkan. Aku menyadarinya setelah beberapa lama. Terima kasih karena telah membantuku menemukan kesadaran itu. Walaupun mungkin aku tidak akan pernah jadi penulis profesional, tapi jujur aku begitu menikmatinya. Dan sepertinya itu sudah cukup.
Terima kasih Van, karena telah membantuku menemukan cara baru untuk tersenyum. Iya, aku tersenyum saat sedang menulis. Aku tersenyum setelah menyelesaikannya. Aku tersenyum ketika ada yang membacanya, dan sekali lagi aku akan tersenyum jika mereka yang membacanya juga tersenyum.
Sudah dulu ya, Van. Suratku segini aja dulu. Semoga kamu tersenyum membacanya.., karena pasti senyumku pun akan menyusul.
Terima kasih  (Aku menulisnya dengan senyum)
#30HariMenulisSuratCinta

Tidak ada komentar:

Teman Sebangku

Beberapa hari yang lalu, facebook mempertemukan saya   dengan teman itu pernah sebangku saat di kelas empat dan lima SD. Sejak lulus SD ...